Jumat, 23 Mei 2014

Pantura Jawa Barat Bisa Dilintasi

Anggaran untuk pembiayaan pemeliharaan dan perbaikan jalur pantura mencapai Rp1,7 triliun per tahun.
MENJELANG Le baran, sejumlah jalan utama un tuk arus mudik mulai diperbaiki. Di Jawa Barat, tepatnya di jalur pantura, yang merupakan kontrak berbasis kinerja terpantau, paket Ciasem-Pamanukan sudah diperbaiki.

Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, Djoko Murjanto, menegaskan jalur pantura Jawa Barat sejauh 273,31 km sudah layak dilewati. “Jalan yang berlubang sudah diperbaiki. Jalan yang lapisannya terkelupas sudah diperbaiki, sedangkan gorong-gorong akan selesai sekitar seminggu atau dua minggu ini,“ kata Djoko saat memantau jalur paket CiasemPamanukan sejauh 18,5 km, kemarin.
Djoko juga berkesempatan memantau paket peningkatan struktur jalan Sewo-Patrol, tepatnya di Pasar Sukra. Kondisi jalan menuju Cirebon tersebut telah selesai diperbaiki per 9 Mei lalu. Kendaraan pun bisa melintas seperti biasa.

Kemudian ruas jalan Cirebon-Losari di bawah jembatan flyover Gebang mulai ditambahi rigid pada satu sisi. Djoko menargetkan akhir Juni penambahan rigid akan selesai. Sayangnya, di simpang Jomin ada beberapa jalan rusak. Namun, Djoko menjamin perbaikan jalan bisa dilakukan singkat karena kategori kerusakan ringan.

Adapun anggaran perbaikan untuk tiga ruas jalan berbeda-beda. Untuk paket Ciasem-Pamanukan digelontorkan anggaran Rp14 miliar, sedangkan peningkatan struktur jalan Sewon-Patrol sepanjang 8,3 km senilai Rp48 miliar. Adapun untuk rekonstruksi Cirebon-Losari yang berjarak 2,14 km mencapai Rp17 miliar.

Naik tiga kali Kondisi pantura Jawa Tengah pun tidak luput diperbaiki. Hasil penelitian yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan menyatakan rasio kepadatan pantura Jawa Tengah hingga 2013 mencapai 0,6 v/c (volume/capacity). Padahal, rasio 0,5 v/c termasuk kategori padat, sedangkan 0,8 v/c tergolong kritis.
“Lalu lintas harian rata-rata (llr) Losari-Tegal tahun lalu mencapai 59.224 llr, atau naik 3 kali lipat dari normal yang hanya 20 ribu,“ kata Satker Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I Jawa Tengah, Parjo.
Tingginya rasio lalu lintas harian itu memengaruhi tingkat kecepatan kerusakan jalan seperti yang terjadi di pantura Jawa saat ini.

Persoalan kerusakan jalur pantura ini telah lama menjadi sorotan publik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut meninjau kondisi pantura saat terjadi banjir besar beberapa waktu lalu yang melumpuhkan jalur utara.
Pada kesempatan sama, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional wilayah V Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum, Hedy Rahadian, menjelaskan anggaran untuk pembiayaan pemeliharaan dan perbaikan jalur pantura mencapai Rp1,7 triliun per tahun.

“Pembiayaan untuk jalan berumur 10 tahun sepanjang 1.300 km itu seharusnya sampai Rp1,7 triliun per tahun.
Kalau sekarang ini masih kurang. Sekitar Rp500 miliar per tahunnya,“ kata Hedy.
Ia menyebutkan setiap tahun anggaran untuk jalur pantura pas-pasan. Sementara kendaraan yang melintas dengan beban berlebihan mencapai 60%. “Di Amerika batas mst (muatan sumbu terberat) 8 ton, Indonesia sudah paling hebat berani 10 ton mst,“ tandas Hedy.
Seharusnya, lanjut Hedy, jika ada penambahan kapasitas mst, anggaran pun akan naik sebesar 30%-40%. Hal itu diamini Kabag Operasional Korlantas Polri, Kombes Istiono. “Rasionalisasi jalan selalu ketinggalan dengan pertumbuhan ekonomi,“ tegasnya. (N-3) Media Indonesia, 21/05/2014, halaman 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar