Jumat, 27 Juni 2014

Duo India Menjawab Keraguan

SELANG dua tahun kehadiran Tata di Indonesia, takdir mempertemukan saya dengan dua dari tiga kendaraan penumpang mereka; hatchback Vista dan sport utility vehicle (SUV) Safari Storme. Satu lagi, crossover Tata Aria, tampaknya belum berjodoh dengan saya.

Bicara mobil biasanya bicara Jepang, Eropa, atau Amerika. Tak mengherankan jika saya bertanya-tanya, India bisa apa?
Vista saya akrabi terlebih dahulu dari Jakarta menuju Bandung, Kamis pekan lalu. Begitu masuk kabin, di luar dugaan, saya disambut interior dual tone krem dan hitam yang terkesan cukup elegan.

Dari situ rasa penasaran terhadap mobil India ini sontak tercetus.
Saya mulai tergerak mencari tahu fitur-fitur ciamik di mobil seharga Rp135 juta itu. Ada sistem audio terintegrasi di konsol tengah yang dapat disambungkan dengan telepon seluler menggunakan bluetooth. Di lingkar kemudi tersedia tombol audio and phone control.

Dua soket pengisi baterai telepon seluler juga terdapat di dalam kabin.
Satu di dasbor, satu di pojok kanan belakang.
Di bagian lain, sistem pengereman antilock braking system (ABS) dan electronic brake force distribution (EBD) juga sudah ada. Pun dengan dual SRS airbag untuk pengendara plus penumpang depan. Di perjalanan saya merasakan `keramahan' suspensi Vista. Lubang-lubang aspal yang berserakan di SPBU Km 19 tak jauh dari pintu Tol Bekasi Timur dilibas dengan nyaman. Body roll stabil saat Vista dibawa rekan saya di putaran tengah untuk menyalip dan berpindahpindah jalur.
Saya mulai mengemudikan Vista setelah rest area Km 57. Tarikan awal saat starting relatif berat dan lambat, setidaknya sampai 50 km/jam.

“Kami mau membuatnya lebih aman karena bobotnya yang 1.120 kg sedikit lebih berat dari kompetitor. Kami memilih berkompromi pada keamanan konsumen,“ jelas Direktur Pemasaran dan Distribusi PT Tata Motor Distribusi Indonesia (TMDI) Pankaj Jain di sela test drive.

Sedikit pengaduan kepada Pankaj dibayar lunas oleh torsi dan putaran tengahnya yang prima ketika dibawa mendahului kendaraan lain. Ditambah lagi, aspek noise, vibration, and harshness (NVH) yang patut diacungi jempol berkat suara mesin yang tak kentara di dalam kabin.

Akselerasinya sendiri tak bisa dikatakan istimewa. Meski begitu, putaran atas mobil bermesin DOHC 1.4 L, empat silinder, dengan tenaga 90 PS dan torsi 116 Nm itu kuat melahap kontur menanjak Tol Cipularang. Safari Storme Jika kesan pertama terhadap Vista biasa saja, lain halnya saat saya memandang Storme. Desainnya yang mengotak dan tinggi teramat maskulin dan terkesan kukuh.
“Mesinnya diesel 2.200 cc, sama dengan Aria, tapi disetel berbeda. Pada saat Anda injak gas, akselerasi dan tenaga akan terasa sekali. Coba saja sendiri,“ tantang Brand Manager Passanger Car TMDI Reza Arifahmi di hari kedua menjelang pulang ke Jakarta.
Benar saja, meski pedal gas baru ditekan sedikit dan jarum indikator rpm masih malas-malasan untuk naik, SUV bertenaga 140 PS plus torsi 320 Nm telah melaju dengan mulusnya. Di satu tanjakan yang tersendat, sudah cukup membejek pedal gas sampai 1.500 rpm walau saat itu saya masih terus bertahan di gigi dua.

Baru dibawa lari sedikit memasuki Tol Pasteur, mobil seharga Rp200 jutaan ini sudah menyentuh 100 km/jam saat putaran mesin belum genap 3.000 rpm.

Saya pun bisa memacunya hingga 160 km/jam.
Satu catatan untuk Storme ialah body roll amat terasa meski saat itu masih bermain di putaran bawah. Namun, lagi-lagi, melalui Storme, NVH kreasi Tata menunjukkan kelasnya; kabin nan senyap. (Xan/S-2) Media Indonesia, 12/06/2014, halaman 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar