Rabu, 10 September 2014

Kuota Solar di Sulawesi Selatan Ditambah

Meski pasokan bahan bakar minyak bersubsidi ke SPBU telah normal, sejumlah nelayan di Kota Tegal masih kesulitan mendapatkan solar. STASIUN pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Ma kassar, Sulawesi Selatan, masih terlihat normal.Tidak ada antrean panjang, meski ada beberapa yang cepat tutup karena stok bahan bakar minyak (BBM) premium dan solar sudah habis. Untuk mengantisipasi kelangkaan BBM sejak ada pembatasan, khususnya solar, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo melayangkan surat ke PT Pertamina untuk menambah kuota solar di Sulsel.

“Pemrov Sulsel harus antisipasi karena sudah ada laporan masuk, khususnya di kabupaten kepulauan seperti Pangkep dan Selayar, sudah terjadi kelangkaan solar. Di sana banyak nelayan, kasihan jika mata pencaharian mereka hilang karena kelangkaan bahan bakar,“ tegasnya, kemarin.

Sementara itu, Humas PT Pertamina Regional VII Makassar, Ibnu Adiwena, menjelaskan jika suplai ke SPBU itu normal-normal saja. “Kalaupun ada SPBU yang cepat kehabisan pasokan BBM, itu karena kepanikan warga untuk beli BBM. Masyarakat harusnya mengonsumsi BBM secara wajar, tidak perlu panik,“ imbaunya.
Ibnu bahkan menambahkan jika kuota sudah dinormalisasi, sehingga tidak ada lagi pemotongan kuota. Stok premium di wilayah Sulawesi saat ini sekitar 60.398 kiloliter (kl) dan solar sekitar 70.469 kl.

“Stok ini masih cukup hingga 10 hari kedepan untuk premium dan 15 hari untuk solar, dengan penyaluran premium per hari 5.715 kl dan solar 4.198 kl,“ ungkap Ibnu.Masih sulit Di Jawa Tengah, meski Per tamina telah menormalkan pasokan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ke SPBU, sejumlah nelayan di Kota Tegal kesulitan mendapatkan solar.

Untuk mendapatkan solar, nelayan harus menunggu antrean sampai sepekan lebih.Hal itu terjadi karena adanya pembatasan pembelian oleh stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), dengan alasan banyaknya nelayan yang membeli solar. Untuk membeli pun, nelayan harus membawa kartu yang dikeluarkan Kantor Pelabuhan dan Dinas Perhubungan Kota Tegal. “Kalau tidak pakai kartu katanya bisa berdesakan dan saling berebut,“ ujar Waridi, nelayan yang memiliki kapal besar, kemarin.
Pembatasan tak hanya bagi nelayan kapal besar, nelayan kapal kecil pun harus mengantre cukup lama untuk membeli solar. Tak hanya itu, saat ini nelayan juga menghawatirkan penaikan harga BBM.

Di Bali, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan-KKP, Saut Hutagulung, mengatakan ide tol laut yang dicetuskan pemerintahan Jokowi-JK perlu segera didukung penuh oleh seluruh elemen terkait.
Bila transportasi laut lancar, harga stabil, nelayan semakin sejahtera. Bila hal ini terjadi, biar BBM naik harganya atau tidak ada subsidi lagi, nelayan tidak akan mengalami kerugian apa pun.

Di sisi lain, ribuan pedagang bensin 2 tax dan sopir angkutan umum Tasikmalaya, Jawa Barat, menolak kenaikan harga bahan bakar minyak jenis premium dan solar. “Kami meminta presiden terpilih Joko Widodo segera menaikkan harga pertamax dan jangan sekali-kali menaikan harga premium dan solar,“ kata Wahyu, 40, sopir angkot, kemarin. (JI/OL/EM/N-1) Media Indonesia, 3/09/2014, hal 11